Kamis, 25 November 2010

Inovasi, penggerak kunci kemajuan organisasi

Oleh : Tengku Shahindra (*) 
Dalam abad informasi ini, penekanan diutamakan terhadap aset tidak nyata (intangibles) merupakan hal yang tidak terbantahkan. Riset yang dilakukan oleh Brooking Institution (2002) telah menunjukkan kecenderungan pasar yang menghargai lebih besar pada aset tidak nyata sampai lima kali lipat dibandingkan satu dekade sebelumnya. Bill Gates, Founder Microsoft mengatakan : “Aset utama perusahaan kami, yang berupa software dan kemampuan pengembangan software, tidaklah terlihat dalam balance sheet sama sekali”. Tak heran, Microsoft tumbuh besar menjadi perusahaan global dengan nilai pasar sebesar 500 milyar dollar, hanya dengan karyawan sejumlah 20.000 orang. 
Ilustrasi diatas hanyalah merupakan contoh kecil dari  perusahaan raksasa yang ‘hidup’nya tergantung dari aset intelektual dan atribut aset tidak nyata.  Kinerja bisnis tingkat tinggi perusahaan banyak bergantung kepada intangible characteristic seperti : Kemampuan berinovasi, kemampuan untuk berubah, kecepatan terhadap pasar, pengembangan dan retensi karyawan terbaik, dan hubungan pelanggan. Perusahaan dengan ciri-ciri demikian, boleh dikatakan memiliki kapitalisasi pasar yang nilainya jauh melampui aset fisik nyata (tangible asset). Para analis finansial ketika diminta pendapatnya mengenai peringkat pengukuran non-finansial bagi bisnis, mengurutkan hasilnya sebagai berikut : eksekusi strategi, kredibilitas manajemen, kualitas strategi korporat, inovasi, kemampuan menarik dan menahan karyawan terbaik, pangsa pasar, kepakaran manajemen, kepemimpinan, kualitas bisnis proses utama. Jika melihat daftar tersebut, semuanya berkorelasi dengan aset tidak nyata seperti kepemimpinan, kualitas manajemen, karyawan, inovasi dan lainnya.
Mengelola aset tidak nyata : inovasi      
Aset tidak nyata memiliki sifat yang khas; antara lain : sulit untuk dikenali, sulit untuk dikuantifikasi, tidak tergambar dalam balance sheet, sulit untuk diduplikasi, mengalami apresiasi jika dikelola dengan benar, memiliki efek multiplier didalam bisnis, dan cenderung lebih dinamis dalam rentang waktu yang singkat. Perhatikan, jika diambil satu kemampuan inovasi sebagai aset tidak nyaa, maka tergambar seperti yang dijelaskan. 
Bagi perusahaan, investasi dalam inovasi menciptakan peluang untuk tumbuh dengan memberikan produk dan jasa yang lebih baik ke pasar. Dengan kata lain, perusahaan yang mampu berinovasi mampu mengubah peta pasar persaingan. Perhatikan, bagaimana Apple berinovasi dengan produk  iPod , iTunes dan iPhone, yang mengubah lingkungan persaingan bisnis gadget musik, personal entertainment, dan komunikasi digital.Inovasi, sebagai sebuah manajemen proses, membutuhkan sistem dan budaya yang tepat agar berjalan efektif. Ketika inovasi perusahaan berjalan selayaknya, maka inovasi menjadi sebuah sumber nilai bagi perusahaan, daripada suatu kegiatan yang terisolasi maupun aktifitas yang acak dalam sebuah perusahaan. Robert Shelton dan Tony Davilla (2005) dalam bukunya Making Innovation Work, agar inovasi perusahaan berhasil, sangatlah penting untuk mengerti elemen kunci inovasi perusahaan.  Elemen tersebut adalah Masukan : berupa dukungan strategi,struktur, proses, komitmen karyawan dalam inovasi, akses kepada karyawan berbakat; Proses : Portfolio inovasi berimbang, eksekusi efektif proyek, nilai tambah kemitraan, jalur kualitas inovasi;Keluaran : kinerja produk, kepemimpinan teknologi, perbaikan proses, pelanggan baru, pertumbuhan penjualan pelanggan tetap. Ketiga elemen tersebut akan memberikanHasil yakni : pertumbuhan penjualan, pertumbuhan keuntungan dan nilai pasar perusahaan. Jika dilihat lebih lanjut, terlihat adanya dua dimensi pendukung yang mesti dipenuhi yakni dari sisi Sistem (struktur, teknologi, proses ) serta Budaya (komitmen karyawan, akses karyawan berbakat). Kedua dimensi yang kuat ini akan memberi dukungan penuh lahirnya inovasi sebagai sumber nilai bagi perusahaan. 
Lebih lanjut, inovasi sangat memerlukan pemikiran strategis dan kepemimpinan yang kuat. Agar percikan kreatifitas dapat ditransformasikan ke dalam semua tingkat, ada aturan yang dibutuhkan agar proses inovasi dan sumberdaya tidak hanya tergantung kepada kepemimpinan dan strategi, namun juga terorganisasi secara luas dalam proses maupun sumberdaya di dalam perusahaan. Aturan tersebut adalah :
  1. Mendesak kepemimpinan yang kuat dalam keputusan portfolio
  2. Integrasi inovasi dalam budaya dan mental perusahaan sebagai kompetensi inti
  3. Penyelarasan jumlah dan tipe inovasi kedalam bisnis perusahaan
  4. Mengelola tekanan alami antara kreativitas dan nilai tambah secara seimbang sehingga memberikan tingkat pengembalian investasi yang optimal
  5. Menetralisir hambatan organisasi yang dapat membunuh ide-ide terbaik
  6. Mengenal bangunan dasar inovasi yang berupa jaringan antara manusia dan pengetahuan-baik di luar maupun di dalam organisasi, dan terakhir
  7. Menciptakan pengukuran metrik dan insentif yang tepat untuk memperkuat inovasi.
Nilai bagi organisasi 
Bagi perusahaan, inovasi yang berhasil membuahkan keuntungan yang signifikan. Viagra, produk andalan Pfizer yang diperkenalkan tahun 1998, meningkatkan nilai saham Pfizer dari US 70 menjadi US 106, lebih dari 60% hanya dalam 2 bulan. Apple, memperoleh kenaikan keuntungan sebesar 41% sejak iPod diluncurkan pada tahun 2004.  Tidak hanya perusahaan asing, perusahaan lokal yang inovatif juga mendapatkan manfaat yang sama. Perusahaan lokal seperti Bank Muamalat, dengan inovasi produk Shar-E telah membuahkan hasil yakni bertambahnya jumlah nasabah menjadi 150 ribu nasabah. Dengan strategi cerdik yakni menggandeng Pos Indonesia dan BCA sebagai mitra, bank Muamalat tidak perlu berinvestasi besar untuk memperoleh kenaikan nasabah secara signifikan. Tak heran, dengan produknya tersebut, bank Muamalat memperoleh Innovation Award dari Menristek/BPPT tahun 2005. 
Inovasi sebagai atribut aset tidak nyata merupakan hal penting bagi perusahaan agar memperoleh pertumbuhan berkelanjutan. Hanya perusahaan yang menekankan pada pengelolaan aset tidak nyata yang akan tetap bertahan dalam lingkungan bisnis, demikian dikatakan Tom Peters dalam Reinventing Work : The Professional Service Firm 50. Lebih lanjut, perusahaan dengan fokus adopsi pada aset tidak nyata, dapat saja merupakan perusahaan kecil atau besar. Dengan mengabaikan ukuran perusahaan, perusahaan jenis ini murni memiliki produk karya jasa intelektual, membuang jauh aset fisik perusahaan. Namun, sebaliknya menghasilkan deposit milyaran dollar dalam nilai pasar. Inilah yang disebut Tom sebagai perusahaan dengan karakteristik Professional Service Firm.
(*) Artikel ini pernah dimuat di koran Sindo, dengan edit oleh penulis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Belantara Dunia FB ( masuk pake ID FB ajah )

Belantara Dunia Maya